CekSurvey.com -Indonesia telah mengukuhkan dirinya sebagai negara dengan produksi nikel terbesar di dunia, berkat cadangan nikel yang sangat melimpah.
Berdasarkan data dari Badan Geologi Kementerian ESDM, pada tahun 2019, Indonesia berhasil memproduksi 800.000 ton dari total 2,67 juta ton produksi nikel global. Angka ini jauh melampaui produksi nikel di negara-negara lain seperti Filipina (420.000 ton Ni), Rusia (270.000 ton Ni), dan Kaledonia Baru (220.000 ton Ni).
Namun, bagaimana posisi proyek tambang nikel baru Indonesia dalam jajaran 10 proyek tambang nikel terbesar di dunia?
Mining.com dan perusahaan saudaranya baru-baru ini merangkum 10 proyek tambang nikel terbesar yang sedang dikembangkan secara global.
Peringkat ini didasarkan pada kandungan sumber daya nikel yang tertunjuk dan terukur, yang merupakan klasifikasi dengan tingkat keyakinan geologis tertinggi dalam hierarki sumber daya mineral.
Tujuan pemeringkatan ini adalah untuk mengidentifikasi cadangan nikel utama yang dapat menjadi bagian penting dari peta pasokan nikel global di masa depan.
Perlu dicatat bahwa daftar ini mencakup proyek tambang yang masih dalam tahap pengembangan, termasuk eksplorasi lanjut, kajian ekonomi awal, dan studi kelayakan.
Meskipun saat ini sebagian besar nikel yang ditambang digunakan untuk baja tahan karat, nikel mulai menjadi fokus utama sebagai bahan baku untuk produksi baterai kendaraan listrik. Diprediksi bahwa permintaan akan nikel dari industri baterai mobil listrik akan terus meningkat.
Saat ini, pasar nikel global mengalami surplus, tetapi defisit pasokan diperkirakan akan terjadi pada tahun 2027 dan seterusnya, seiring dengan meningkatnya permintaan terutama dari sektor kendaraan listrik.
Indonesia, Filipina, dan Rusia memang menjadi produsen utama nikel dunia, namun enam dari sepuluh proyek nikel terbesar di dunia tahun ini berlokasi di Amerika Utara (AS dan Kanada).
Menurut data dari MiningIntelligence, peringkat pertama diduduki oleh proyek milik DeepGreen Metal yang berada di zona patahan Clarion-Clipperton di Samudra Pasifik, dengan cadangan nikel sebesar 4,8 juta ton dan kadar 1,4%.
Proyek di peringkat kedua adalah milik Waterton Precious Metals di Quebec, Kanada, dengan cadangan nikel sulfida sebesar 4,39 juta ton dan kadar 0,26%.
Posisi ketiga dan keempat ditempati oleh proyek di British Columbia, Kanada, masing-masing dengan cadangan nikel 2,43 juta ton dan 2,36 juta ton, dengan kadar rendah masing-masing 0,12% dan 0,22%.
Di Amerika Serikat, proyek di Minnesota berada di peringkat kelima dengan cadangan nikel sebesar 2,3 juta ton dan kadar 0,18%. Proyek ini sebelumnya sempat dihentikan karena penolakan publik terhadap dampak lingkungan, namun kembali diberi izin di masa kepemimpinan Trump.
Di posisi keenam, Indonesia hadir dengan proyek milik BUMN PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) di Sengaji, Halmahera. Proyek ini memiliki cadangan logam nikel sebesar 2 juta ton dengan kadar 1,7%, menjadikannya proyek dengan kadar tertinggi dalam daftar ini.
Empat proyek lainnya adalah Goongarrie milik Ardea Resources di Australia, Crawford di Timmins-Cochrane, Ontario, Mesaba milik Teck Resources di Minnesota, dan The Wingellina milik Metals X di Australia.
Indonesia dengan cadangan nikelnya yang melimpah tidak hanya menjadi pemain utama dalam produksi nikel global tetapi juga terus memperkuat posisinya dengan proyek-proyek besar yang berpotensi mendominasi pasar nikel masa depan.
Baca Juga: 10 Negara dengan Destinasi Makanan Halal Terbaik di Dunia